Senin, 21 Desember 2009

Presiden SBY Intervensi dalam Isu Pengelolaan Hutan

Jumat, 18 Desember 2009, 19:26:29 WIB Kopenhagen:
Ketika perundingan COP 15, di Bella Center, Kopenhagen, berlangsung alot untuk beberapa topik, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memiliki kesempatan melakukan intervensi. “Intervensi saya lakukan langsung menanggapi sesuatu yang memang menjadi kepentingan kita, yaitu tentang forest management,” ujar Presiden dalam keterangan pers singkatnya di Hotel Crowne Plaza, Jumat (18/12) siang waktu setempat.

“Ada dalam teks tadi yang menyinggung bahwa negara berkembang yang punya hutan harus mencegah penggundulan hutan, melaksanakan penanaman hutan, dan lain-lain yang itu merupakan kewajiban. Saya mengatakan bahwa itu tidak berimbang dan saya meminta diperbaiki. Saya jelaskan, sebenarnya inisiatif itu agar hutan dikelola dengan lebih. (Ide ini) justru datang dari negara-negara yang punya hutan,” SBY menjelaskan.

Presiden SBY mengingatkan, isu pengelolaan hutan ini sudah dimunculkan sejak High Level Meeting on Climate Change di New York, AS, September 2007. SBY yang berinisiatif mengundang kepala negara/pemerintahan yang memiliki hutan hujan tropis untuk berkumpul. Lalu, isu dibahas lagi pada COP 13 di Bali. "Dan di situ memang semangatnya harus ada kemitraan yang seimbang antara negara yang punya hutan hujan tropis dengan negara-negara maju,” terang SBY.

Posisi Indonesia jelas, harus ada keadilan. Harus ditulis dalam satu paragraf antara kewajiban negara-negara berkembang dengan insentif yang diterimanya. "Insentif itu saya sebutkan langsung dan dengan mekanisme yang tepat dan segera bisa diwujudkan, berasal dari develop nation public funding maupun dari yang bersifat pasar yang bisa kita kembangkan,” SBY menegaskan.


Presiden berharap usulan Indonesia akan muncul dalam teks final nanti. Untuk itu, seusai memberi keterangan pers, SBY langsung kembali ke okasi konferensi. "Saya lebih optimis bahwa akan ada hasil di Kopenhagen. Saya juga sependap[at dengan delegasi Tiongkok dan lainnya tadi, jangan sampai kerja keras dari working group sejak Bali dan Polandia, sekarang ini dianggap tidak ada. Itu harus didukung, apapun hasilnya. Dua track itu harus diangkat, didorong dan kemudian menjadi modalitas untuk pembicaraan lanjutan di tahun depan. Tentunya harus ada timeline. Misalnya medio 2010 harus selesai pembahasan itu,” SBY menambahkan. (osa/har) | Source : http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2009/12/18/4995.html

Trembesi, Dari Istana Hijaukan Indonesia

Jika anda pernah berkunjung ke kompleks Istana Presiden Jakarta atau mengikuti Wisata Istana Kepresidenan, anda pasti menyaksikan betapa asrinya kompleks itu. Dikelilingi hijaunya rumput yang menyejukkan dan ratusan jenis tumbuhan. Salah satu jenis tumbuhan yang paling kuat dan kokoh adalah pohon Trembesi. Trembesi di kompleks Istana Kepresidenan yang berusia ratusan tahun itu selain berfungsi sebagai serapan air juga berfungsi sebagai peneduh.


Trembesi yang dalam bahasa latinnya disebut Samanea Saman adalah jenis tanaman berakar tunggang yang memiliki kekhususan dalam wujud dan bentuknya. Tanaman ini termasuk pohon berdiameter besar dan tumbuh tinggi. Pada kondisi tertentu tanaman ini bisa mencapai tinggi 25 sampai 35 meter, berkanopi seperti payung. Bahkan di salah satu kawasan Eropa, pohon Trembesi bisa mencapai tinggi 60 meter dan kanopinya berdiameter 80 meter.

Pohon Trembesi yang tumbuh di Istana Kepresidenan itu sudah ditanam sejak zaman kolonial Belanda. Pada zaman itu hampir semua kantor instansi pemerintah Belanda di Indonesia selalu ditanami pohon Trembesi. Di kawasan Sulawesi Selatan, Trembesi disebut juga sebagai kayu Colok. Di Jawa Barat disebut Ki Hujan dan di Jawa Tengah, Trembesi disebut juga Munggur. Kayu pohon Trembesi biasa juga digunakan sebagai bahan furnitur dan benda kerajinan seperti mangkok, hiasan interior rumah, dan bahan untuk membuat patung.

Berdasarkan hasil penelitian Hartwell pada tahun 1967 – 1971 di Venezuela, akar Trembesi dapat digunakan sebagai obat tambahan saat mandi air hangat untuk mencegah kanker. Sedangkan menurut hasil penelitian Dr. Ir. Endes N Dahlan, Dosen Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Trembesi merupakan tanaman yang memiliki keunggulan dalam menyerap karbondioksida sehingga sangat cocok untuk penghijauan, yang pada akhirnya berguna sebagai upaya untuk mengatasi pemanasan global.


Menyadari akan fungsi pohon Trembesi tersebut, pada 6 Agustus 2009, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan bantuan 100 ribu bibit Trembesi untuk Aceh ketika meresmikan Bandara Udara Internasional Sultan Iskandar Muda. "Kemarin saya terbang melihat pantai di Banda Aceh ini masih ada bekas-bekas tsunami itu, dan masih ada tanah-tanah yang gersang, belum hijau. Oleh karena itu, selaku presiden, saya memberikan bantuan 100 ribu bibit Trembesi," ujar SBY. Presiden berharap upaya tersebut juga diikuti pejabat dan pihak lain. "Tolong ditanam di jalan-jalan," SBY berpesan.

Pada saat peringatan Ulang Tahun ke-64 Kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Negara, setiap tamu undangan yang datang diberikan bibit pohon Trembesi, lengkap dengan petunjuk cara proses pembibitan pohonnya. Mulai dari penyiapan lahan, penyiapan polibag, penyiapan bibit, penyiapan air, perawatan dan pemeliharaan, sampai bagaimana cara penanaman pohonnya. Presiden SBY dan Ibu Ani berharap bibit pohon Trembesi yang dibagikan itu bisa menghijaukan tempat-tempat dimana tamu undangan tersebut tinggal. Dari Istana Negara menghijaukan Indonesia. (osa)

source : http://www.presidensby.info/index.php/sudutistana/2009/09/02/92.html